Sabtu, 13 Oktober 2012

FDR,,si lumpuh pereancang perdamaian dunia


             Pada usia 39 tahu, yakni tahun 1921 lelaki yang di sebut oleh Oliver Wendell Holmes memiliki “kecerdasan kelas dua tetapi kematangan emosi nomor satu” ini terserang penyakit lumpuh yang tak tersembuhkan dengan total hingga sampai akhir hayatnya. Bagi manusia pada umumnya, kelumpuhan barang kali akan mematikan semangat dan harapan untuk bisa tampil menjadi manusia yang sukses, manusia yang mampu menggapai cita-cita besarnya. Akan tetapi, bagi sosok yang memiliki visi besar mewujudkan perdamaian dunia yang saat itu tengah carut marut di landa Perang Dunia I yang melanda daratan Eropa dan berimbas ke negar-negara jajahan di asia dan afrika, kelumpuhan itu bukanlah vonis kematian.

              Masih ada hari esok! Maka, meskipun ia harus tertatih-tatih melangkah, dan bahkan menggunakan kursi roda, ia terus saja berlari mengejar cita-cita.
The show must go on!
              Maka, ia pun terus melenggang, menggeliminir segenap keterbatasan, merubah kelemahan menjadi kekuatan, hambatan menjadi peluang. Tahun 1928 ia diangkat menjadi gubernur New York dan harus berperang melawan para pejabat korip. Inilah awal popularitasnya, yang mengantar ia menduduki kursi sebagai orang nomor satu di gedung putih. Tahun 1932 ia di pilih menjadi presiden Amerika Serikat. Secara berturut-turut, ia kembali dipilih pada tahun 1936,1940, dan 1944.
                Di masa ia berkuasa, Amerika Serikat tengah menghadapi krisis akibat cengkraman para pemilik modal raksasa, dan ternyata ia tidak memilih untuk berdamai dengan mereka, meskipun jaminannya adalah harta yang melimpah. Sebaliknya, ia malah memperjuangkan nasib kaum kecil
                 Kelemahan jasmaniah pun tak menghambatnya terlibat aktif dalam usaha-usaha menghambat kekejaman Rezim Hitler di jerman. Bersama perdana menteri inggris, yakni Winston Chucchill, ia mencoba menggalang kekuatan  demi mengakhiri sesegera mungkin perang yang telah memakan korban ratusan ribu jiwa itu.
Satu kali yang tercatat dalam sejarah adalah ditandanginya Atlantic Charter. Sayang, ia tak mampu meneruskan perjuangannya karena meninggal tanggal 12 april 1945.
              Franklin Delano Roosevelt (FDR) nama lelaki itu. Di tengah buruknya citra Amerika Serikat belakangan ini akibat intervensi yang berlebihan terhadap kedaulatan irak, iran, Afghanistan serta berbagai Negara di timur tengah, tampaknya kita memang secara obyektif harus mengakui kehebatan lelaki berkaki lumpuh tersebut.
Bagi rakyat Amerika Serikat itu sendiri, pesona Roosevelt tergambar begitu luar biasa. William E. Leuchtenburg (1994) bahkan menuliskan, bahwa bagi kebanyakan para penggantinya, FDR adalah pribadi yang luar biasa. Ia di anggap sebagai dewa Pulau Pelew dan di setarakan dengan Abraham Lincoln yang menyerahkan hidup demi rakyatnya.
           Bagi seorang muslim, tentu saja pemujaan itu berlebihan dan menjurus kepada kemusyrikan, karena sehebat apapun FDR merupakan manusia biasa. Namun, diluar itu, kisah hidup FDR merupakan inspirasi kesuksesan tersendiri bagi siapa saja yang memiliki cita-cita besar dan siap untuk mencurahkan segenap potensi dan kemampuannya untuk meraih cita-cita tersebut.
     

Tidak ada komentar:

Posting Komentar