Pada usia 39 tahu, yakni tahun
1921 lelaki yang di sebut oleh Oliver Wendell Holmes memiliki “kecerdasan kelas
dua tetapi kematangan emosi nomor satu” ini terserang penyakit lumpuh yang tak tersembuhkan
dengan total hingga sampai akhir hayatnya. Bagi manusia pada umumnya,
kelumpuhan barang kali akan mematikan semangat dan harapan untuk bisa tampil
menjadi manusia yang sukses, manusia yang mampu menggapai cita-cita besarnya.
Akan tetapi, bagi sosok yang memiliki visi besar mewujudkan perdamaian dunia
yang saat itu tengah carut marut di landa Perang Dunia I yang melanda daratan
Eropa dan berimbas ke negar-negara jajahan di asia dan afrika, kelumpuhan itu
bukanlah vonis kematian.
Masih ada hari esok! Maka,
meskipun ia harus tertatih-tatih melangkah, dan bahkan menggunakan kursi roda,
ia terus saja berlari mengejar cita-cita.
The
show must go on!
Maka, ia pun terus melenggang,
menggeliminir segenap keterbatasan, merubah kelemahan menjadi kekuatan,
hambatan menjadi peluang. Tahun 1928 ia diangkat menjadi gubernur New York dan
harus berperang melawan para pejabat korip. Inilah awal popularitasnya, yang
mengantar ia menduduki kursi sebagai orang nomor satu di gedung putih. Tahun
1932 ia di pilih menjadi presiden Amerika Serikat. Secara berturut-turut, ia
kembali dipilih pada tahun 1936,1940, dan 1944.
Di masa ia berkuasa, Amerika
Serikat tengah menghadapi krisis akibat cengkraman para pemilik modal raksasa,
dan ternyata ia tidak memilih untuk berdamai dengan mereka, meskipun jaminannya
adalah harta yang melimpah. Sebaliknya, ia malah memperjuangkan nasib kaum
kecil
Kelemahan jasmaniah pun tak
menghambatnya terlibat aktif dalam usaha-usaha menghambat kekejaman Rezim
Hitler di jerman. Bersama perdana menteri inggris, yakni Winston Chucchill, ia
mencoba menggalang kekuatan demi
mengakhiri sesegera mungkin perang yang telah memakan korban ratusan ribu jiwa
itu.
Satu kali yang tercatat
dalam sejarah adalah ditandanginya Atlantic Charter. Sayang, ia tak mampu
meneruskan perjuangannya karena meninggal tanggal 12 april 1945.
Franklin Delano Roosevelt (FDR)
nama lelaki itu. Di tengah buruknya citra Amerika Serikat belakangan ini akibat
intervensi yang berlebihan terhadap kedaulatan irak, iran, Afghanistan serta
berbagai Negara di timur tengah, tampaknya kita memang secara obyektif harus
mengakui kehebatan lelaki berkaki lumpuh tersebut.
Bagi rakyat Amerika
Serikat itu sendiri, pesona Roosevelt tergambar begitu luar biasa. William E.
Leuchtenburg (1994) bahkan menuliskan, bahwa bagi kebanyakan para penggantinya,
FDR adalah pribadi yang luar biasa. Ia di anggap sebagai dewa Pulau Pelew dan
di setarakan dengan Abraham Lincoln yang menyerahkan hidup demi rakyatnya.
Bagi seorang muslim, tentu saja
pemujaan itu berlebihan dan menjurus kepada kemusyrikan, karena sehebat apapun
FDR merupakan manusia biasa. Namun, diluar itu, kisah hidup FDR merupakan
inspirasi kesuksesan tersendiri bagi siapa saja yang memiliki cita-cita besar
dan siap untuk mencurahkan segenap potensi dan kemampuannya untuk meraih
cita-cita tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar