Seorang muslim yang
baik tentu saja akan selalu berusaha memelihara lidahnya. Walaupun lidah itu
tidak bertulang tapi sering kali dia akan lebih tajam dari pada pedang. Sekali
tebasan pedang hanya akan menyakiti satu orang, tapi hanya sekali tebasan lidah
dapat menyebabkan banyak orang tersakiti.
Berhati-hatilah dalam
berkata-kata! orang yang beriman akan memilih diam jika di anggap kata-katanya
tidak mengandung kebenaran. Diam itu tidak selamanya menyebabkan kita tidak
kreatif, tapi kadang kala diam itu adalah jalan terbaik yang dapat
menyelamatkan kita dari berbagai macam permasalahan yang ada dan tentu saja
kemuliaan masih terpelihara. Ada sebuah ungkapan yang menyatakan bahwa orang
yang banyak bicaranya adalah orang yang banyak celanya.
Seorang pribadi, kita berusaha
sekuat tenaga untuk menjaga lisan kita dari kata-kata yang sia-sia dan tidak
bermanfaat. Dan saat kita berinteraksi dengan orang lain, bukan tidak mungkin
kita akan berusaha untuk memperbaiki diri dalam menjaga lisan, di sisi lain
lawan bicara kita mengiring untuk melakukan sebaliknya, maka bisa kita sikapi
dengan sikap yang terbaik karena kita tidak bisa memaksa orang lain melakukan
sesuatu sesuai dengan keinginan kita.
Saat kita berhadapan
dengan orang yang banyak bicaranya dan penuh dengan kebathilan, maka jika kita
mampu mencegahnya langsung untuk menghentikan bicaranya, maka lakukanlah.
Kalaupun kita tidak mampu, maka dengan alasan yang logis dan terkesan tidak
dibuat-buat berusaha untuk meninggalkan majelis. Sikap terbaik yang harus kita
lakukan adalah member contoh bagaimana sebaiknya seorang muslim berbicara yang
baik dan benar yang mengandung ilmu dan manfaat bagi orang lain. Hal itu harus
kita lakukan terus menerus dalam berbagai kesempatan dan tentu saja dijadikan
kebiasaan oleh kita.
Jika kita melakukan hal
sebaliknya, yaitu menyakiti orang lain dengan kata-kata kita, maka segeralah
kita meminta maaf kepada orang yang bersangkutan dan perbanyaklah istighfar dan
mudah-mudahan allah swt akan selalu membimbing kita dalam berkata, bersikap,
dan bertindak.
Seorang akan selamat
hidupnya dengan memelihara lisannya dengan mengatakan yang baik, benar, atau
memilih diam. Rasulullah saw bersabda : “barangsiapa
yang beriman kepada allah dan hari akhir, maka hendaklah ia mengatakan yang
baik atau diam”.(HR. Bukhari dan Muslim).
Kadang, seseorang
sengsara hidupnya karena tidak berhasil menjaga lisannya. Lihat saja, berapa
keluarga yang hancur karena ibunya sangat cerewet dan mengatakan hal-hal yang
tidak perlu, dan ayahnya mengeluarkan ucapan kasar dan tidak mendidik,
sedangkan anaknya sering membantah mereka dengan banthan dan sindiran yang
tidak pantas di ucapkan oleh seorang anak.
Tidak sedikit pula seorang
pemimpin jatuh wibawanya karena lidahnya. Saat dia berbicara di depan
masyarakat, yang keluar dari mulutnya adalah sesuatu yang keluar dari mulutnya
adalah sesuatu yang dapat menzhalimi orang lain dan kata-katan yang sia-sia,
dan kadang-kadang dia sendiri tidak mengerti apa yang telah dia katakan.
Sebaiknya kita
merenungkan makna yang terdapat dalam hadis ini agar dapat terhindar dari
mengucapkan kata-kata yang sia-sia. “Dari Abu Hurairah ra : katanya rasulullah
saw bersabda : seorang hamba (manusia) yang
berbicara dengan pembicaraan yang belum jelas baginya (hakikat dan akibatnya)
maka dia akan terlempar ke neraka sejauh antara timur dan barat”. (HR.
Muslim).
Seseorang tidak akan terampil
menjaga lisannya kecuali dengan ilmu dan kesungguhan untuk melatih diri. Makin
banyak orang bicara, maka makin banyak peluang tergelincir lidahnya, akan
menyebabkan jatuhnya wibawa, runtuhnya kehormatan, dan bertambahnya dosa.
Maka, berbahagialah
bagi orang yang dapat menjaga lidahnya karena yang akan keluar dari mulutnya
adalah untaian mutiara yang sarat dengan kebenaran, berharga, bermutu, dan
membawa mashlahat bagi orang-orang yang mendengarkannya. Wallahu a’lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar